Bank Dunia mengingatkan epidemi Covid-19 bisa menyebabkan kritis hutang di sejumlah negara. Beberapa investor harus siap memberi beberapa bentuk kemudahan yang diantaranya bisa meliputi penangguhan hutang.
“Dapat dibuktikan jika beberapa negara tidak bisa bayar kembali lagi hutang yang mereka tanggung. Karenanya, kita harus kurangi tingkat hutang lewat kemudahan atau penangguhan hutang,” tutur Presiden Bank Dunia David Malpass diambil dari Reuters, Senin (5/10).
Malpass mengutamakan keutamaan jumlah hutang dikurangi dengan restrukturisasi. Ia menunjuk cara sama dalam kritis keuangan awalnya seperti di Amerika Latin serta apakah yang disebutkan ide HIPC untuk beberapa negara yang berutang besar pada 1990-an.
Beberapa negara maju pada bulan kemarin memberikan dukungan ekstensi dari Debt Servis Suspension Initiative G20, yang disepakati pada April untuk menolong beberapa negara berubah bertahan dari epidemi virus corona. Sekitar 43 dari 73 negara prospek yang penuhi ketentuan membatalkan US$ 5 miliar dalam pembayaran hutang.
Bank Dunia mengingatkan epidemi bisa menggerakkan 100 juta orang dalam kemiskinan berlebihan. Malpass juga minta bank swasta serta dana investasi ikut juga terjebak.
“Beberapa investor ini tidak lakukan lumayan banyak serta saya sedih dengan mereka. , beberapa pemberi utang besar Tiongkok masih kurang terjebak. Oleh karenanya, efek dari beberapa langkah pertolongan kurang dari yang semestinya,” tuturnya.
“Defisit bujet yang besar sekali serta pembayaran utang memberatkan beberapa negara ini. Ditambah lagi, bank-bank di situ kesusahan sebab credit macet,” kata Malpass.
Keseluruhan utang itu melewati hutang yang didaftarkan beberapa negara miskin untuk mendapatkan kemudahan ke pemerintah G20.
Restrukturisasi itu susah serta umumnya memerlukan waktu semakin lama dibanding yang dirasakan beberapa negara yang terserang musibah saat ini. Ini bermakna beberapa negara miskin yang berusaha untuk memperoleh akses pasar internasional semasa dasawarsa paling akhir kehilangan hal itu.
Moody memandang beberapa negara miskin hadapi ketimpangan permodalan kombinasi sebesar US$ 40 miliar tahun ini.