mengatakan akan pensiun pada 1 Januari 2021.
Dalam pengakuan sah, Singtel menjelaskan jika Chua tetap untuk penasihat senior untuk chairman buat menolong proses peralihan. Ia sudah jadi CEO semasa 13 tahun paling akhir dengan tenggang kariernya semasa 31 tahun dengan Singtel.
Untuk CEO wanita, Chua terjebak dalam tambahan operator Australia Optus ke portofolio Singtel.
Sekarang ini Singtel tetap jadi penguasa pasar telekomunikasi di negeri Singa. GSMA Intelligence memprediksi untuk Q3-2019 Singtel untuk operator paling besar di Singapura, dengan market share 49,5 %. Meskipun begitu, performa Singtel nampak turun dengan cara mencolok dalam tahun-tahun ini.
Puncaknya berlangsung pada 2019. Keuntungan bersih tahunan raksasa telekomunikasi Singapura itu, turun seputar 65% yang disebut level paling rendah dalam lebih dari dua dasawarsa. Perusahaan tidak memberi prediksi untuk tahun berjalan, mengingat ketidaktetapan karena epidemi COVID-19.
Pencapaian keuntungan sebesar itu ialah yang terlemah semenjak minimal pada 1998. Tertera, keuntungan bersih yang memicu, yang tidak termasuk juga barang mengagumkan, turun 13% jadi S$ 2,46 miliar.
Berkurangnya performa Singtel sebenarnya mulai nampak pada kuartal ke-3 2019.
Menurunnya performa keuangan Singtel ternyata tetap terus bersambung di tahun ini.
Untuk hentikan “pendarahan”, Singtel sangat terpaksa lakukan efektivitas. Diantaranya dengan tutup Hooq. Semenjak 30 April 2020, konsumen setia hooq di Indonesia tidak lagi dapat nikmati service video berbayar itu. Bukan hanya di Indonesia, Hooq stop beroperasi di beberapa negara lain seperti Filipina, Thailand, India, sampai Singapura.
Untuk penyuplai service video on permintaan, Hooq ada di Indonesia semenjak lima tahun kemarin atau persisnya Januari 2015. Hooq tiba untuk lawan Netflix dengan suport dari Singtel serta Sony Pictures yang membuat perusahaan patungan itu.
Dengan pasar yang sudah terdisrupsi sebab perkembangan tehnologi internet, mampukah Yuen Kuan Moon kembalikan kemasyhuran Singtel? Waktu yang akan menunjukkan.